Daya Tarik Pohon Asli Indonesia Ini Dicari Warga Arab

Tourism67 Dilihat

Indonesia, dengan kekayaan alamnya yang melimpah, menjadi destinasi favorit bagi wisatawan dari berbagai belahan dunia, termasuk warga Arab. Salah satu daya tarik yang semakin populer adalah pencarian pohon kamper, yang disebut dalam Al-Quran, di berbagai tempat di Indonesia.

Pohon Kamper: Tanaman yang Diberkati

Dalam Surat Al-Insan ayat ke-5, Allah berjanji kepada “orang-orang yang berbuat kebajikan akan minum dari gelas (berisi minuman) bercampur air kafur”. Para ulama menginterpretasikan bahwa air kafur adalah air tanaman kamper atau kapur barus. Jangan membayangkan kamper sebagai pewangi kecil yang kita kenal saat ini, yang merupakan hasil sintesis kimia dari Naphtalene (C10H8). Kamper yang disebut dalam Al-Quran adalah tanaman populer di Arab bernama Latin Dryobalanops aromatica, yang memiliki aroma khas, sangat wangi, dan memang bisa diminum sebab menyehatkan tubuh.

Keunikan dan Manfaat Tanaman Kamper

Tanaman kamper memiliki ciri khas yang sangat wangi dan memang bisa diminum karena menyehatkan tubuh. Hanya saja, masyarakat Arab tidak mudah memperolehnya karena bukan tanaman asli di sana. Akibatnya, mereka harus mencari pusat tanaman kamper dan membawa para pedagang ke wilayah tak dikenal di bumi bagian Timur, yang sekarang dikenal sebagai Indonesia.

Pusat Tanaman Kamper di Indonesia

Arkeolog Edward Mc. Kinnon dalam bukunya “Ancient Fansur, Aceh’s Atlantis” (2013) menyebut bahwa adanya jalinan perdagangan membuat orang Arab lambat laun mengetahui bahwa pusat tanaman kamper berada di Indonesia, tepatnya di Pulau Sumatera. Secara spesifik, lokasinya berada di Fansur atau kini disebut Barus. Para pedagang Arab berulangkali menyebut Barus sebagai pelabuhan penting yang mengangkut berbagai komoditas, salah satunya adalah kamper.

Sejarah Perdagangan Kamper

Pedagang Arab, Ibn Al-Faqih, pada tahun 902 sudah menyebut Fansur sebagai wilayah penghasil kapur barus, cengkih, pala, dan kayu cendana. Ahli geografi Ibn Sa’id al-Maghribi yang hidup di abad ke-13 juga merinci secara spesifik bahwa Fansur penghasil kamper berasal dari Pulau Sumatera. Bahkan, ahli Romawi Ptolemy sudah menyebut nama Barus pada abad ke-1 Masehi. Sejarawan Claude Guillot dalam bukunya “Barus Seribu Tahun yang Lalu” (2008) menyebut bahwa orang Arab tiba di Barus melalui perjalanan langsung dari Teluk Persia, melewati Ceylon (Sri Lanka), lalu tiba di Pantai Barat Sumatera.

Kamper: Komoditas Bernilai Tinggi

Mereka biasa membawa kapal besar untuk mengangkut banyak kapur barus yang akan dijual tinggi di pasar internasional. Perlahan, kedatangan orang Arab ke Sumatera semakin meningkat karena kamper asal Barus terkenal bermutu tinggi, mengalahkan kamper asal Malaya dan Kalimantan. Barus pun terbukti sebagai daerah penghasil kamper dan telah berkembang menjadi pelabuhan penting di Sumatera.

Peran Islam dalam Perdagangan Kamper

Terungkapnya lokasi kapur barus di Indonesia membuat banyak pedagang Arab mengunjungi Barus untuk singgah hingga menetap. Jika mereka pergi ke China, mereka pasti singgah dulu di Barus. Kedatangan mereka tak hanya bermotif perdagangan, tetapi juga turut menyebarkan agama Islam. Islamisasi terhadap penduduk lokal terjadi di tempat-tempat kedatangan kapal Arab seperti Barus (Fansur), Thobri (Lamri), dan Haru. Jejak awal Islam di Barus tercatat pada abad ke-7 Masehi, dibuktikan dengan keberadaan kompleks makam kuno Mahligai di Barus.

Wisata Pohon Kamper di Indonesia

Dengan berbagai pilihan destinasi wisata pohon kamper yang menarik, Indonesia terus menjadi tujuan favorit bagi warga Arab yang ingin menikmati keindahan alam dan merasakan pengalaman unik di tengah pohon-pohon yang rindang. Jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi destinasi wisata pohon kamper di Indonesia dan rasakan sendiri keindahannya!

*Naskah ini disusun berdasarkan berbagai sumber terpercaya dengan pengolahan redaksional oleh tim PesonaDunia.Com. Untuk informasi selengkapnya, silakan merujuk pada tautan sumber (Source News) yang disertakan.