Google di Ambang Kejatuhan: Era Dominasi Mesin Pencari Berakhir?

Fenomena, *27 Dilihat

Langit digital yang dulu dikuasai Google kini mulai retak. Selama dua dekade, Google Search adalah gerbang utama informasi dunia. Tapi kini, bayang-bayang kejatuhan semakin nyata.

Analis memperkirakan pangsa pasar Google Search bisa anjlok dari 90% menjadi di bawah 50% dalam lima tahun ke depan. Pergeseran ini bukan sekadar tren—ini adalah revolusi.

Pengguna tak lagi mengandalkan mesin pencari tradisional. AI chatbot seperti ChatGPT dan Claude telah mengubah cara orang mencari informasi. Google, yang selama ini menjadi raja tak tergoyahkan, kini harus berjuang mempertahankan tahtanya.

Di ajang Google I/O 2025, perusahaan mencoba melawan arus dengan meluncurkan mode pencarian AI, menggantikan hasil pencarian standar dengan jawaban langsung dari sistem.

Tak hanya itu, Google juga merilis paket langganan AI Ultra seharga US$249,99 per bulan, menawarkan akses ke fitur eksperimental seperti Project Mariner dan Gemini Deep Think.

Namun, pertanyaan besar muncul—apakah pengguna bersedia membayar mahal untuk layanan yang sebelumnya gratis?

CEO Alphabet, Sundar Pichai, menegaskan bahwa mereka kini fokus pada AI yang “personal dan proaktif.” Gemini, asisten AI andalan Google, kini memiliki lebih dari 400 juta pengguna aktif bulanan.

Investasi besar dalam AI menjadi prioritas utama Google, dengan US$75 miliar belanja modal Alphabet tahun ini, meningkat drastis dari US$52,5 miliar pada 2024.

Namun, di tengah semua inovasi ini, satu hal tetap menjadi pertanyaan: Apakah Google bisa mempertahankan tahtanya, atau era kejayaannya benar-benar akan berakhir?

*Naskah ini disusun berdasarkan berbagai sumber terpercaya dengan pengolahan redaksional oleh tim PesonaDunia.Com. Untuk informasi selengkapnya, silakan merujuk pada tautan sumber (Source News) yang disertakan.