Ini Dia! Sosok yang Menghidupkan Kembali Kejayaan Borobudur

Tan Jin Sing tidak pernah menyangka bahwa sebuah percakapan sederhana akan mengubah sejarah. Saat itu, awal abad ke-19, ia hanya menyampaikan informasi kepada Letnan Gubernur Jawa, Thomas Stamford Raffles, tentang sebuah monumen besar yang tertimbun tanah dan terlupakan di Desa Bumisegoro. Tak ada yang peduli. Tak ada yang mempertanyakan keberadaannya.

Namun, Raffles adalah seorang pencinta sejarah. Matanya berbinar saat mendengar laporan Tan. Ia segera meminta timnya untuk mengunjungi lokasi tersebut. Tan Jin Sing sendiri pergi ke lokasi, ditemani beberapa warga yang pernah melihat candi besar itu. Saat pandangannya tertumbuk pada struktur megah yang terkubur di balik semak belukar dan tanah, ia tahu bahwa ini bukan sekadar bangunan biasa.

“Namanya Borobudur,” kata salah satu warga yang ikut menemani Tan saat itu. Kata-kata itu menggema, sederhana namun mengandung makna besar. Candi yang telah ditelan waktu, nyaris menjadi legenda yang terhapus, kini mendapat perhatian baru.

Dibantu oleh arkeolog Belanda, Christian Cornelius, tim yang terdiri dari lebih dari 200 pekerja mulai membongkar tanah dan semak belukar yang menyelimuti Borobudur. Mereka bekerja tanpa kepastian, hanya berpegang pada harapan bahwa di balik reruntuhan itu tersembunyi sesuatu yang lebih besar.

Setelah dua minggu bekerja tanpa henti, kemegahan Borobudur kembali muncul ke permukaan. Struktur candi yang dahulu dianggap hilang kini berdiri tegak, meski belum sepenuhnya utuh. Cornelius mencatat setiap detailnya, melaporkan temuannya kepada Raffles di Batavia. Dunia akhirnya kembali mengenali keajaiban arsitektur yang pernah nyaris tenggelam dalam sejarah.

Tan Jin Sing, Raffles, dan Cornelius bukanlah orang pertama yang menemukan Borobudur, tetapi merekalah sosok yang menghidupkan kembali candi ini. Tan Jin Sing, seorang keturunan Tionghoa yang menjadi Bupati Yogyakarta, telah meletakkan batu pertama bagi kebangkitan Borobudur sebagai ikon dunia.

Sejak saat itu, Borobudur terus mengalami pemugaran, bukan hanya oleh Inggris tetapi juga oleh pemerintah kolonial Belanda yang datang setelahnya. Bertahun-tahun berlalu, dan kini candi ini menjadi pusat perayaan Waisak, menyatukan budaya, sejarah, dan spiritualitas dalam satu tempat yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini.

Borobudur bukan hanya warisan Jawa, bukan hanya peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Borobudur adalah bukti bahwa sejarah bisa terhapus, tetapi selalu ada orang yang berjuang untuk menghidupkannya kembali.

*Naskah ini disusun berdasarkan berbagai sumber terpercaya dengan pengolahan redaksional oleh tim PesonaDunia.Com. Untuk informasi selengkapnya, silakan merujuk pada tautan sumber (Source News) yang disertakan.