Malam itu dingin, tapi hatinya lebih beku. Masruroh menatap kertas yang tergenggam di tangannya—sebuah tagihan listrik yang tak masuk akal, angka yang terlalu besar untuk seorang penjual gorengan. Rp 12,7 juta.
Matanya mengembara ke warung kecil tempat ia menghabiskan hari-harinya, mencelupkan tempe ke adonan, menggorengnya hingga renyah. Sejak listrik rumahnya diputus PLN tahun 2022, ia terpaksa menyambung listrik dari rumah tetangga, mencoba bertahan dengan cara apa pun. Tapi kini, menjelang Idul Fitri, datang lagi tagihan yang bahkan tak bisa ia bayangkan cara melunasinya.
Baca juga:
“Mau bayar pakai apa? Saya hanya penjual gorengan. Saya enggak punya apa-apa,” suaranya bergetar saat menceritakan dilema yang menekan hidupnya.
PLN, lewat Team Leader Pelayanan Pelanggan Virna Septiana Devi, menegaskan bahwa pelanggan dengan tunggakan tidak bisa menerima pasokan listrik. Tidak ada kebijakan untuk penghapusan utang—hanya ada opsi cicilan. Tapi bagi Masruroh, kata “cicilan” pun terasa seperti beban yang tak mungkin ia tanggung.
Baca Juga:
Setiap kepulan asap dari penggorengan seakan menjadi simbol kegelisahan seorang ibu yang hanya ingin bertahan hidup. Dalam dunia yang bergerak cepat, masalahnya tak lebih dari angka dalam sistem tagihan, tetapi baginya, itu adalah jurang yang bisa menenggelamkan harapannya.
Kini, Masruroh hanya berharap ada keajaiban—sesuatu yang bisa menariknya keluar dari gelapnya utang dan memberi cahaya baru bagi warung gorengan kecilnya.
Dukung Konten Berkualitas
Jika artikel ini bermanfaat bagi Anda, pertimbangkan untuk memberikan donasi melalui e-wallet.
Gunakan nomor: 082118113019 untuk melakukan donasi melalui aplikasi e-wallet pilihan Anda.
Loading ...*Naskah ini disusun berdasarkan berbagai sumber terpercaya dengan pengolahan redaksional oleh tim PesonaDunia.Com. Untuk informasi selengkapnya, silakan merujuk pada tautan sumber (Source News) yang disertakan.
