Anak-Anak Berambut Gimbal di Dieng: Misteri, Tradisi, dan Pesonanya

Fenomena403 Dilihat

Matahari baru saja naik di ufuk timur ketika kabut tipis masih menyelimuti Dataran Tinggi Dieng. Udara pagi yang sejuk menyapu wajah, membawa aroma khas pegunungan dan bau belerang dari Kawah Sikidang yang tak jauh dari sini. Di antara rumah-rumah sederhana, seorang bocah berlari-lari kecil dengan tawa riang, rambutnya bergoyang mengikuti gerakan tubuhnya. Yang menarik perhatian adalah rambutnya yang gimbal, kusut alami tanpa pernah diikat atau disisir rapi.

Di Dieng, anak-anak berambut gimbal bukanlah sesuatu yang aneh. Mereka tumbuh di tengah legenda dan kepercayaan yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Orang-orang di sini percaya bahwa anak-anak ini bukan sembarang anak, melainkan titisan leluhur atau makhluk gaib yang memiliki hubungan khusus dengan alam Dieng.

Sebuah Fenomena di Tanah Para Dewa

Tidak semua anak di Dieng lahir dengan rambut gimbal. Fenomena ini muncul tanpa tanda-tanda awal—tiba-tiba saja rambut mereka mulai menggumpal sendiri. Tak ada yang bisa menjelaskan secara ilmiah mengapa ini terjadi, namun masyarakat setempat percaya bahwa mereka adalah anak-anak istimewa.

Sebelum rambut gimbal muncul, biasanya si anak akan mengalami demam tinggi tanpa sebab yang jelas. Orang tua mereka sering khawatir, tetapi anehnya, demam itu bisa sembuh sendiri tanpa pengobatan khusus. Lalu, seiring berjalannya waktu, rambut mereka berubah menjadi gimbal dengan sendirinya.

“Ada yang bilang, mereka ini dipilih oleh roh leluhur. Kalau rambutnya dipotong tanpa ritual, bisa tumbuh lagi, bahkan lebih panjang,” kata Pak Rahman, seorang tetua desa yang sudah puluhan tahun menyaksikan anak-anak gimbal lahir di desanya.

Permintaan yang Harus Dipenuhi

Ada satu aturan yang harus dipatuhi oleh setiap keluarga yang memiliki anak berambut gimbal: rambut mereka tidak boleh dipotong sembarangan. Jika tiba waktunya untuk memotong, anak tersebut harus mengajukan permintaan khusus. Permintaan ini bisa sederhana, bisa juga sulit.

Misalnya, ada seorang anak yang hanya meminta sepotong ayam goreng. Namun, ada juga yang meminta sepeda, kambing, bahkan sesuatu yang lebih sulit dipenuhi, seperti perhiasan atau benda berharga lainnya. Konon, jika permintaan mereka tidak dipenuhi, rambut gimbal akan tumbuh kembali, dan si anak bisa mengalami sakit atau kesialan dalam hidupnya.

“Dulu ada yang minta mainan robot, tapi orang tuanya tidak bisa membelikan. Rambutnya tumbuh lagi dan dia sering sakit. Akhirnya setelah permintaannya dikabulkan, rambutnya tidak tumbuh lagi,” cerita Bu Siti, seorang ibu yang anaknya pernah mengalami hal serupa.

Ritual Ruwatan: Pelepasan Beban Spiritual

Setiap tahun, diadakan upacara ruwatan untuk anak-anak berambut gimbal. Acara ini bukan sekadar memotong rambut, tetapi juga ritual sakral yang dipercaya dapat melepaskan mereka dari beban spiritual.

Pada hari yang sudah ditentukan, anak-anak gimbal akan dikumpulkan di lapangan desa, mengenakan pakaian adat khas Jawa. Mereka akan dikirab dengan diiringi gamelan dan tarian tradisional. Warga desa berkumpul untuk menyaksikan, sementara para tetua memimpin doa-doa dan sesaji untuk para leluhur.

Saat rambut mereka dipotong, suasana menjadi hening. Beberapa anak terlihat tersenyum, ada pula yang tampak cemas. Potongan rambut itu kemudian dibawa ke Sungai Serayu atau Telaga Warna, dihanyutkan sebagai simbol pelepasan dan kembalinya mereka menjadi anak biasa, tanpa beban gaib yang mereka bawa sejak lahir.

Dieng Culture Festival: Perpaduan Budaya dan Wisata

Ruwatan anak gimbal kini menjadi salah satu bagian utama dari Dieng Culture Festival (DCF), sebuah acara tahunan yang menarik ribuan wisatawan dari berbagai daerah. Dieng yang biasanya tenang berubah menjadi ramai dengan berbagai atraksi budaya—mulai dari pertunjukan tari, kirab budaya, hingga pelepasan lampion di malam hari.

Para wisatawan datang bukan hanya untuk menyaksikan ritual ini, tetapi juga untuk menikmati keindahan Dieng. Bukit Sikunir yang terkenal dengan golden sunrise-nya, Kawah Sikidang yang unik, hingga Telaga Warna yang mistis—semua menjadi bagian dari pengalaman tak terlupakan di tanah para dewa ini.

Pesan dari Tanah Dieng

Di balik misteri dan kepercayaan yang menyelimuti anak-anak berambut gimbal, ada satu hal yang tak terbantahkan: tradisi ini adalah bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang harus dijaga.

Bagi orang luar, mungkin ini hanya sekadar mitos. Tetapi bagi masyarakat Dieng, ini adalah warisan leluhur yang penuh makna. Setiap helai rambut gimbal yang dipotong bukan sekadar seutas rambut, tetapi sebuah pelepasan, sebuah perjalanan spiritual, dan sebuah perayaan budaya yang tetap hidup di tengah zaman modern.

Jadi, jika suatu hari Anda berkunjung ke Dieng dan melihat seorang bocah berlarian dengan rambut gimbal, ingatlah bahwa ia bukan sekadar anak biasa. Ia adalah bagian dari kisah panjang yang telah diwariskan selama ratusan tahun, sebuah misteri yang terus terjaga di tanah para dewa.

Bagaimana menurut Anda tentang informasi pada artikel ini?

Lihat Hasilnya

Loading ... Loading ...

*Naskah ini disusun berdasarkan berbagai sumber terpercaya dengan pengolahan redaksional oleh tim PesonaDunia.Com. Untuk informasi selengkapnya, silakan merujuk pada tautan sumber (Source News) yang disertakan.